UDAH PADA TAU BELUM BAGAIMANA APA ITU WIRAUSAHA.
UDAH TAU BELEOM GIMANA CARA MENINGKATKAN MINAT WIRAUSAHA.
NICH TEMEN-TEMEN ADA SEDIKIT ILMU .
COBA DECH BACA KUTIPAN DIBAWAH INI TENTANG WIRAUSAHA
COBA DECH BACA KUTIPAN DIBAWAH INI TENTANG WIRAUSAHA
SEMOGA BERMANFAAT BUAT KALIAN SEMUA,,,,,,,
Meningkatkan Minat Wirausaha
Kewirausahaan pada hakekatnya adalah sifat, ciri dan watak
seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam
dunia nyata secara kreatif (Suryana, 2000). Istilah kewirausahaan berasal
dari terjemahan “Entrepreneurship”, dapat diartikan sebagai “the
backbone of economy”, yang artinya adalah syaraf pusat perekonomian
atau pengendali perekonomian suatu bangsa (Soeharto Wirakusumo, 1997:1). Secara
epistimologi, kewirausahaan merupakan suatu nilai yang diperlukan untuk
memulai suatu usaha atau suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru dan
berbeda.
Menurut
Thomas W Zimmerer, kewirausahaan merupakan penerapan kreativitas dan
keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya untuk memanfaatkan peluang
yang dihadapi sehari-hari. Kewirausahaan merupakan gabungan dari kreativitas,
keinovasian dan keberanian menghadapi resiko yang dilakukan dengan cara kerja
keras untuk membentuk dan memelihara usaha baru. Dari beberapa pengertian di
atas, dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah suatu kemampuan dalam
berpikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya,
tenaga penggerak, tujuan siasat, kiat dan proses dalam menghadapi tantangan
hidup. John
Kao (1991:14) dalam Sudjana (2004:131) menyebutkan bahwa “Kewirausahaan adalah sikap dan
perilaku wirausaha”. Wirausaha ialah orang yang inovatif, antisipatif,
inisiatif, mengambil
risiko dan berorientasi laba.
1. Karakteristik
Wirausaha
Menurut Izedonmi dan Okafor (2007), individu yang
berkarakteristik wirausaha memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi peluang
dan menggerakkan sumber daya untuk mencapai tujuannya. Menurut Koh (1996)
sebagaimana dikutip dalam Izedonmi dan Okafor (2007), karakteristik wirausaha
diidentifikasi sebagai inti utama perilaku dan kinerja seorang wirausaha.
Kedua
pakar tersebut kemudian mencatat pula beberapa pendapat para ahli terdahulu
mengenai karakteristik yang dimiliki oleh seorang wirausaha, sebagai berikut:
1.
Kebutuhan (motivasi) berprestasi
2.
Lokus kendali
3.
Pengambilan Risiko
4.
Proaktif
5.
Toleransi terhadap ketidakpastian
6.
Kreativitas
Peggy A Lambing & Charles R Kuehl (dalam Hendro
dan Chandra, 2006) menyatakanbahwa setiap wirausahawan (entrepreneur)
yang sukses memiliki empat unsur pokok, yaitu:
a.
Kemampuan (hubungannya dengan IQ dan skill)
b.
Keberanian (hubungannya dengan Emotional Quotient dan mental)
c.
Keteguhan hati (hubungannya dengan motivasi diri)
d.
Kreatifitas yang memerlukan sebuah inspirasi sebagai cikal bakal ide untuk
menemukan
peluang
berdasarkan intuisi (hubungannya dengan experience).
Ciri-ciri
Watak wirausaha
1. Percaya
Diri Keyakinan, ketidaktergantungan, individualitas, optimis.
2. Berorintasikan
tugas dan hasil Kebutuhan akan prestasi, berorientasi laba, ketekunan,
ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energetic, dan
inisiatif.
3. Pengambil
Risiko Kemampuan mengambil risiko, suka pada tantangan.
4. Kepemimpinan
Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain, menanggapi
saran-saran dan kritik.
5. Keorisinilan
Inovatif dan kreatif, fleksibel, mengetahui banyak.
6. Orientasi
masa depan Pandangan jauh ke depan
Dalam
konteks ini Ciputra (2007:16) membagi wirausaha menjadi 4 kelompok yang
dimodifikasi urutannya sehingga dapat
dalam akronim BAGS, yaitu:
1)
Business Entrepreneur,
Business Entrepreneur yang
selanjutnya dibagi lagi menjadi 2 kelompok, yakni: owner
entrepreneur dan
professional entrepreneur. Owner entrepreneur adalah pencipta
bisnis dan
pemilik bisnis.
Sedangkan professional entrepreneur ialah orang-orang yang memiliki daya
wirausaha namun
mempraktekkannya di perusahaan milik orang lain.
2)
Academic Entrepreneur,
Academic Entrepreneur, merupakan
menggambarkan akademisi yang mengajar atau
mengelola lembaga
pendidikan dengan pola dan gaya entrepreneur sambil tetap menjaga tujuan
mulya pendidikan.
3)
Government entrepreneur,
Ini
merupakan seorang atau kelompok orang yang memimpin sertamengelola lembaga
negara atau instansi pemerintahan dengan jiwa dan kecakapan wirasaha.
4)
Social Entrepreneur,
yaitu
para pendiri dan pengelola organisasi-organisasi sosial yang berhasil
menghimpun dana masyarakat untuk melaksanakan tugas-tugas sosial.
Desain pembelajaran yang diberikan adalah desain
pembelajaran yang berorientasi atau diarahkan untuk menghasilkan business
entrepreneur terutama yang menjadi ownerentrepreneur atau calon
wirausaha mandiri yang mampu mendirikan, memiliki dan mengelola perusahaan
serta dapat memasuki dunia bisnis dan dunia industri secara profesional. Karenanya
pola dasar pembelajaran harus sistemik, yang didalamnya memuat aspek-aspek
teori, praktek dan implementasi. Disamping itu dalam pelaksanaan pembelajaran
hendaknya disertai oleh operasionalisasi pendidikan yang relatif utuh
menyeluruh seperti pelatihan, bimbingan,
pembinaan,
konsultasi dan sebagainya.
Menurut Eman Suherman (2008,29), pembelajaran
kewirausahaan diawali dengan persiapan serta pengadaan materi pembelajaran
teori, praktek dan implementasi. Setelah persiapan dan pengadaan materi
pembelajaran selesai, maka dilaksanakan proses pembelajaran kewirausahaan
dengan tujuan utama mengisi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik peserta
didik. Selanjutnya, bersamaan dengan berjalannya proses pembelajaran disediakan
juga wahana konsultasi terutama untuk hal-hal pragmatis guna melengkapi proses
pembelajaran yang diarahkan untuk mengisi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
Disamping itu wahana konsultasi diharapkan juga dapat memperkuat “4H” peserta
didik. H pertama Head atau kepala yang diartikan sebagai pemikiran, dan
dalam pembelajaran diisi oleh pengetahuan tentang nilainilai, semangat, jiwa,
sikap dan perilaku, agar peserta didik memiliki pemikiran kewirausahaan.
H
kedua, Heart atau hati yang diartikan sebagai perasaan, diisi oleh
penanaman empatisme social-ekonomi, agar peserta didik dapat merasakan
suka-duka berwirausaha dan memperoleh pengalaman empiris dari para wirausaha
terdahulu. Selanjutnya H ketiga, Hand atau tangan yang diartikan sebagai
keterampilan yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk berwirausaha. Oleh
karena itu dalam konteks ini pembelajaran kewirausahaan membekali peserta didik
dengan teknik produksi agar mereka kelak dapat berproduksi atau menghasilkan
produk baik berupa barang, jasa maupun ide. Dan H keempat, Health atau
kesehatan yang diartikan sebagai kesehatan fisik, mental dan social. Sehubungan
dengan hal ini, peserta didik hendaknya dibekali oleh teknik-teknik antisipasi
terhadap berbagai hal yang mungkin timbul dalam berwirausaha baik berupa
persoalan, masalah maupun risiko lainnya sebagi wirausaha. Pembelajaran untuk
hal ini dapat diberikan melalui AMT (Achievement Motivation Training)
atau Outbond Training.
Setelah
peserta didik belajar tentang empat hal di atas, tentunya diharapkan mereka
akan mempraktikannya dan menjadi seorang wirausaha. Oleh karena itu perlu
ditambahkan satu faktor pendorong. Farzier and Niehm (2008) mengutip pernyataan
Van Auken et.al (2006) yang menyatakan bahwa role model memiliki pengaruh yang
sangat kuat untuk mendorong peserta didik untuk kemudian menjadi wirausaha.
Dalam hal ini Farzier and Niehm (2008) memberikan contoh dengan mengundang
praktisi wirausaha sebagai pembicara tamu dalam perkuliahan atau menjadi mentor
dalam pemagangan.
Berdasarkan teori karir kognitif sosial, minat karir
dibentuk melalui pengalaman langsung atau berkesan yang menyediakan peluang
bagi individu untuk berlatih, menerima umpan balik dan mengembangkan
keterampilan yang mengarahkan efikasi personal dan harapan dari hasil yang
memuaskan (Lent, Brown and Hackett dalam Farzier and Niehm, 2008). Kram (1983)
and Shapero dan Sokol (1982) sebagaimana dikutip Farzier dan Niehm (2008)
menemukan bahwa pendidikan dan pelatihan mempengaruhi persepsi orang terhadap
karir kewirausahaan, dengan menyediakan kesempatan untuk mensimulasikan memulai
usaha dan dengan mengamati seorang role model. Artinya pendidikan kewirausahaan
tidak cukup hanya diadakan di dalam kelas dalam bentuk perkuliahan saja,
melainkan harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk merasakan
langsung bagaimana sulitnya memulai suatu usaha, menjalankannya, dan juga
memperoleh kesempatan untuk mengamati seorang role model, yaitu wirausaha yang
telah menjalankan usahanya dalam bentuk pemagangan.
NA TEMEN -TEMEN GIMANA SETELAH MEMBACA MATERI INI.
SUDAH ADA GAMBARANNYA KAN?????????????
YUKKKK KITA KEMBANGKAN .!